Walau dua pertiga permukaan bumi tertutup air laut, pengetahuan manusia tentang laut, khususnya laut dalam, masih sangat sedikit. Salah satu alasannya adalah manusia mengalami kesulitan melakukan penyelidikan dan penjelajahan (eksplorasi) di laut dalam.
Laut dalam memiliki kondisi lingkungan yang eksterm. Lingkungan yang ekstrem meruapakan lingkungan yang “keras” karena mempunyai kisaran suhu, pH, tekanan, Intensitas cahaya, dan lain-lain yang sempit; tidak semua makhluk hidup dapat bertahan dalam kondisi seperti itu. kondisi ekstrem di laut dalam antara lain adalah tekanan air laut yang sngat besar ( dapat mencapai 1000 kali tekanan atmosfer), suhu sedikit di atas titik beku air, dasar laut berlumpur, dan kegelapan di sejauh mata memandang. Untuk itu di butuhkan teknologi canggih dan biaya untuk melakukan eksplorasi. Struktur komunitas laut dalam sangat unik. Organisme-Organisme yang hidup di dalamnya mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan (adaptasi) yang tinggi terhadap tekanan, suhu, cahaya, dan sumber makanan.
Selain itu, juga terjadi mekanisme saling ketergantungan. Di Laut dalam tidak terdapat tumbuhan ataupun fitoflankton karena ketiadaan sinar matahari sehingga fungsi sebagai produsen di gantikan oleh bakteri. Sumber energy pengganti cahaya matahari adalah hidrogen sulfida, yaitu salah satu senyawa yang di hasilkan dari aktivitas semburan air panas (Hydrothermal vent) dengan suhu mencapai 400oC. senyawa ini akan di ubah oleh bakteri melalui proses kemosintesis, yaitu sintesis bahan organik yang menggunakan bahan kimia, tanpa sinar matahari.
Aktivitas penyusunan senyawa organik (anabolisme) bakteri menghasilkan bahan makanan yang di butuhkan oleh hewan penyaring air (filter-feeder), misalnya kerang (bivalvia). Kehadiran kerang-kerang ini akan mengundang hewan predator, seperti ikan, udang, kepiting, gurita, dan cumi-cumi. Sisa bangkai atau kotoran organic yang di tinggalkan akan di makan oleh hewan pemakan endapan (deposit-feeder), antara lain dari filum Echinodermata (teripang,bintang laut), siput, dan cacing laut. Organisme-organisme ini merupakan “pembersih” laut karena mempercepat proses penguraian sampah dan bangkai organisme.
Laut dalam memiliki kondisi lingkungan yang eksterm. Lingkungan yang ekstrem meruapakan lingkungan yang “keras” karena mempunyai kisaran suhu, pH, tekanan, Intensitas cahaya, dan lain-lain yang sempit; tidak semua makhluk hidup dapat bertahan dalam kondisi seperti itu. kondisi ekstrem di laut dalam antara lain adalah tekanan air laut yang sngat besar ( dapat mencapai 1000 kali tekanan atmosfer), suhu sedikit di atas titik beku air, dasar laut berlumpur, dan kegelapan di sejauh mata memandang. Untuk itu di butuhkan teknologi canggih dan biaya untuk melakukan eksplorasi. Struktur komunitas laut dalam sangat unik. Organisme-Organisme yang hidup di dalamnya mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan (adaptasi) yang tinggi terhadap tekanan, suhu, cahaya, dan sumber makanan.
Selain itu, juga terjadi mekanisme saling ketergantungan. Di Laut dalam tidak terdapat tumbuhan ataupun fitoflankton karena ketiadaan sinar matahari sehingga fungsi sebagai produsen di gantikan oleh bakteri. Sumber energy pengganti cahaya matahari adalah hidrogen sulfida, yaitu salah satu senyawa yang di hasilkan dari aktivitas semburan air panas (Hydrothermal vent) dengan suhu mencapai 400oC. senyawa ini akan di ubah oleh bakteri melalui proses kemosintesis, yaitu sintesis bahan organik yang menggunakan bahan kimia, tanpa sinar matahari.
Aktivitas penyusunan senyawa organik (anabolisme) bakteri menghasilkan bahan makanan yang di butuhkan oleh hewan penyaring air (filter-feeder), misalnya kerang (bivalvia). Kehadiran kerang-kerang ini akan mengundang hewan predator, seperti ikan, udang, kepiting, gurita, dan cumi-cumi. Sisa bangkai atau kotoran organic yang di tinggalkan akan di makan oleh hewan pemakan endapan (deposit-feeder), antara lain dari filum Echinodermata (teripang,bintang laut), siput, dan cacing laut. Organisme-organisme ini merupakan “pembersih” laut karena mempercepat proses penguraian sampah dan bangkai organisme.
Share ke :
0 comments:
Posting Komentar