Radioisotop Pembunuh Kanker

Penyakit Kanker sangat menakutkan bagi semua orang. Penyakit ini telah menempati papan atas penyebab kematian di berbagai negara. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai upaya telah di lakukan unutk mengatasi penyakit yang di sebabkan oleh pertumbuhan sel yang tidak terkendali ini.
Dalam usaha membunuh sel-sel kanker, radioisotop ternyata memegang peranan yang sangat penting. Radioisotop memiliki kemampuan untuk memburu bahkan membunuh kanker secara efektif pada tahap yang paling dini, yaitu saat metabolisme sel kanker mulai terjadi. 


Dalam usaha untuk menangani penyakit kanker, beberapa rumah sakit besar di seluruh dunia telah mampu melakukan deteksi dini kanker dengan menggunakan PET (Positron Emission Tomography) yang di kombinasikan dengan CT (Computed Tomography). PET merupakan salah satu hasil paling penting pengembangan radioisotop dalam bidang kedokteran. PET merupakan metode visualisasi fungsi tubuh dengan menggunakan radioisotop pemancar neutron. Oleh karena itu, citra (image) yang di peroleh merupakan citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh. Adanya kelainan fungsi atau metabolisme dalam tubuh, termasuk adanya metabolisme sel-sel kanker, dapat di ketahui dengan metode pencitraan ini. Salah satu perbedaan antara sel kanker dan sel normal terletak pada bentuk metabolisme glukosa. Sel kanker mengkonsumsi glukosa dalam jumlah yang lebih besar daripada sel-sel normal di sekelilingnya.
Secara umum, laju pertumbuhan sel kanker yang mencerminkan tingkat keganasannya sebanding dengan tingkat konsumsi glukosa. Semakin ganas sel kanker, konsumsi glukosanya juga semakin besar. Metabolisme glukosa dalam tubuh dapat di deteksi dengan menggunakan bahan radiofarmaka 18FDG (18F-2-flouro-2-deoxy-D-glucose). Keberadaan radioisotop flour-18 yang ada dalam senyawa itu dapat di deteksi dengan mudah dari luar tubuh melalui radiasi yang dipancarkannya.
Secara garis besar perangkat PET terdiri dari tiga bagian, yaitu : bagian produksi flour-18, bagian sintesa 18FDG, dan bagian kamera PET. Penggunaan PET di awali dengan proses produksi radioisotop flour-18. Radioisotop ini di produksi dari isotop oksigen-18 dengan menggunakan sinklotron.
Radioisotop flour-18 yang telah terbentuk di gunakan untuk mensintesa 18FDG. Proses menempelkan flour-18 ini di kenal dengan reaksi penandaan. Di beberapa negara yang sudah biasa menggunakan PET, reaksi penandaan ini di lakukan dengan menggunakan alat yang serba otomatis.
Setelah sintesa  18FDG selesai dilakukan, radiofarmaka tersebut kemudian di suntikkan ke pasien. Jumlah yang di suntikkan kira-kira 10 – 12 curie, tergantung kebutuhan. Sebaran flour – 18 dalam tubuh di deteksi dengan memasukkan tubuh ke dalam rangkaian detektor elektronik. Selanjutnya, hasil deteksi ini di lakukan rekontruksi citra untuk memperoleh gambaran sebaran flour-18 dalam tubuh. Kamera PET biasanya sudah di lengkapi dengan program, sehingga hasil rekontruksi citra dapat di peroleh dengan mudah.

Share ke :

About Syakir Rahman

Syakir rahman adalah seorang blogger, dan juga front-end web developer. Kunjung website pribadinya disini : http://www.syakirurohman.net
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar