Kamu seperti Mama
Oleh kemala P.
Suasana di mal siang itu agak sepi. Reni melangkah dari satu tempat ke tempat lain dengan santai. Ia dan ika biasa datang ke mal setiap pulang sekolah. Kakaknya jadi sering mengomel karena ia selalu pulang terlambat.
“kalau kau keluyuran terus, nanti ku beri tahu Pama Mama!”
Reni acuh saja dengan ancaman Gadis, Kakaknya. Ia tahu kak Gadis tak akan tega mengadu. Kakaknya terlalu sayang kepadanya.
Jalan-jalan menghabiskan waktu di mal memang asik. Ika-lah yang pertama kali mengajarinya. Kadang Ika melakukan perbuatan yang mendebarkan. Ketika pertama kali melihatnya, Reni merasa kakinya lemas dan wajahnya pucat. Bayangkan, Ika menyelipkan sebuah rautan lucu ke dalam kaus kakinya.
Hari ini Ika tidak masuk sekolah. Mestinya Reni langsung pulang. Akan tetapi dia malas, sebab di rumah ada kakaknya yang sok jadi ibu-ibu. Kerjanya mengatur orang terus. Pulang sekolah harus cuci tangan. Pukul empat sore bangun, menyapu halaman, kemudian mandi. Ugh...
“wah, penghapus pensil ini bagus sekali,” gumam reni dalam hati. Ia meraih sebuah penghapus pensil berbentuk anjing itu. harganya Rp 1500,00. Sebetulnya ia bisa membeli penghapus itu. tetapi...
Reni melirik ke kanan dan ke kiri, lalu... Hup! Penghapus itu di masukkan ke dalam kaus kakinya. Jantungnya berdebar kencang saat melakukan hal itu. tubuhnya mengejang ketika tiba-tiba seseorang memegang bahunya.
“dik, boleh saya geledah kaus kakinya !” sapa seorang satpam.
Reni serasa di sambar petir. Dia merasa kaget dan menangis ketakutan. Dia ketahuan mencuri penghapus itu dan di nasihati oleh satpam. Untungnya ia bisa membayarnya sehingga masalahnya tidak berkepanjangan. Dia sangat malu dan menyesal. Dia pulang dengan wajah yang murung.
Di depan pintu, Reni menundukkan kepalanya. Gadis menyambutnya kesal.
“kenapa sudah sore begini baru pulang?” hardik Gadis. Sekilas Gadis melihat kemurungan di wajah adiknya itu. “ugh, pura-pura sedih suapaya aku merasa kasihan. Akan ku adukan pada Papa dan Mama kelakuanmu selama ini!” bentak Gadis lagi.
Reni menoleh kepada kakanya sesaat, lalu berlari ke kamarnya sambil menangis . gadis terperangah melihat sikap adiknya yang aneh itu.
“ada apa, Ren? Apa kamu ada masalah?” susul Gadis cemas.
“kak,” Ujar Reni sambil menangis sedih di tepi tempat tidur. “kakak jangan mengadu. Tadi Reni di tangkap satpam di mal...”
“apa?” Gadis memeluk bahu Reni yang sedang menangis terisak-isak. Sambil mengais, Reni bercerita. Untung ia Cuma di nasehati sebab bisa membayar pengahapus itu. kalau tidak, mungkin ia akan di serahkan kepada polisi.
Gadis menghela nafas dalam. “baiklah. Kakak tidak akan mengadu asal kamu janji tidak akan keluyuran di mall lagi sepulang sekolah.”
“ya, kak. Aku janji. Tapi kakak juga harus berjanji tidak akan bersikap seperti ibu-ibu. Aku bosan di nasihati terus,” sahut Reni.
“hah? Seperti ibu-ibu?” tanya Gadis kaget. “masa sih kakak begitu?”
Reni hanya mengangguk.
“hahaha...” Gadis tertawa geli medengar tuduhan adinknya itu. Reni akhirnya lega karena ada pengertian antara ia dengan kakaknya.
Share ke :
temannya apa?
BalasHapus