Gelombang Seismik dan Pengukurannya

Gelombang seismik


Bumi terdiri atas lapisan padat (kerak) di bagian luar dan cairan (magma) di lapisan bagian dalam. Di lapisan lebih dalam lagi, para ilmuwan memperkirakan inti bumi terdiri atas nikel dan besi padat.
Tingginya temperatur dan besarnya tekanan di bagian dalam bumi tidak memungkinkan untuk di lakukannya pengamatan langsung. Para ilmuwan menggunakan metode tidak langsung dan menggunakan gelombang seismik (gelombang gempa) untuk memperkirakan struktur internal bumi kita. Analisis struktur internal bumi kita tersebut di mungkinkan karena gempa menghasilkan vibrasi (getaran) yang kemudian di sebut gelombang seismik. Gelombang-gelombang seismik tersebut merambat di dalam bumi dan dapat di ukur menggunakan detektor sensitif yang di sebut seismograf. Hasil deteksi oleh seismograf disebut seismogram. Para ilmuwan memasang seismograf di seluruh belahan bumi untuk mengamati pergerakkan lempeng kerak bumi. Gelombang seismik di kelompokkan menjadi 2 jenis, body waves (gelombang tubuh) dan surface waves (gelombang permukaan). Gelombang tubuh mencakup gelombang tekanan atau gelombang primer P (pressure waves atau primary waves) dan gelombang S (shear waves). Gelombang S dan gelombang P inilah yang di gunakan untuk menentukan struktur internal bumi kita. Sebenarnya ada beberapa jenis gelombang seismik yang lain, tetapi hanya berhubungan dengan kerusakan di permukaan bumi, hanya merambat di kerak bumi, tidak di selurauh bagian bumi.
a.       Gelombang P
Gelombang P merambat sebagai gelombang tekanan.gelombang P merupakan gelombang yang paling cepat. Gelombang longitudinal P ini mampu merambat melalui batuan padat, cair (magma) ataupun air. Gelombang ini menekan dan menarik batu-batuan sama halnya dengan  sumber bunyi yang menggetarkan medium (udara).
b.      Gelombang S
Gelombang S (shear waves) merambat seperti getaran agar-agar dalam mangkuk. Gelombang S hanya merambat dalam zat padat, tidak dapat merambat melalui cairan.


Bagaimanakah para ilmuwan menggunakan informasi tentang perambatan gempa untuk menentukan struktur internal bumi? Gelombang P dan gelombang S, yang biasanya di akibatkan oleh gempa bumi, gunung api, atau hujan meteor, dapat juga di akibatkan oleh penggunaan bahan peledak atau penggunaan mesin-mesin berat. Gelombang P dan gelombang S yang di akibatkan oleh gempa bumi tidak merambat dalam sebuah garis lurus. Gelombang-gelombang tersebut juga memiliki laju konstan. Seperti umumnya gelombang, gelombang S dan gelombang P dapat di pantulkan (mengalami refleksi) atau pun di biaskan (mengalami refraksi) ketika merambat dalam medium yang berbeda densitasnya.
Gelombang P dan gelombang S memungkinkan di petakannya struktur dalam bumi. Karena merambat dengan laju yang beragam pada medium yang berbeda-beda, gelombang-gelombang itu dapat juga di gunakan untuk menentukan pusat gempa (episentrum atau epicenter). Perlu di ingat bahwa gelombang seismik juga merupakan aliran energi. Energi dari gelombang seismik dapat menyebabkan kerusakan di bagian kerak bumi dan mengakibatkan munculnya patahan (fault).

Skala Richter
Kekuatan sebuah gempa biasanya dinyatakan dalam skala richter. Skala ini di usulkan oleh Charles F. Richter pada tahun 1934. Dalam skala Richter, kekuatan gelombang gempa dihitung berdasarkan amplitudo terbesar suatu gelombang gempa yang terekam, tanpa memandang tipe gelombangnya.
Skala richter merupakan skala logaritmik (basis 10). Hal ini berarti tiap kenaikan 1 skala richter menunjukkan amplitudo gempa yang terekam meningkat 10 kali lipatnya. Dengan skala ini, gempa dengan kekuatan 5 skala richter akan memiliki amplitudo 10 kali lipat gempa dengan kekuatan 4 skala richter (sedangkan energinya meningkat32 kali lipat).
Kekuatan gempa ini dapat di bayangkan seperti energi yang di lepaskan oleh bahan peledak. Gempa berkekuatan 1 skala richter sebanding dengan energi yang di lepaskan oleh ledakkan 6 ons TNT (trinitro toluena). Sedangkan gempa berkekuatan 8 skala richter sebanding dengan energi yang di lepaskan pada ledakan 6 juta ton TNT. Mengerikan sekali kan? Untunglah gempa yang sering terjadi setiap tahunnya hanya berskala kurang dari 2,5 skala richter dan terlalu kecil untuk dapat di rasakan oleh sebagian besar orang.
Semula richter mengusulkan skala pengukuran gempa ini dengan menggunakan seismograf tipe tertentu dan menggunakan hasil pengukuran gempa bumi dangkal di California selatan sebagai pedomannya. Skala-skala baru yang di buat oleh para ilmuwan sekarang semuanya tetap di kalibrasikan dengan skala richter tersebut untuk mengukur berbagai ukurang gempa menggunakan berbagai tipe seismograf.
Berikut ini di sajikan sebuah tabel yang menyatakan kekuatan gempa bumi dalam skala Richter, akibat dan Frekuensinya.


Share ke :

About Syakir Rahman

Syakir rahman adalah seorang blogger, dan juga front-end web developer. Kunjung website pribadinya disini : http://www.syakirurohman.net
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar