Dalam keadaan darurat, pilot pesawat tempur dapat
meninggalkan pesawat secepatnya, menggunakan sistem kursi lontar. Pada awal
pengembangan kursi lontar, peledak dengan sistem listrik digunakan untuk
memberikan gaya lontar. Dengan cara ini pilot dilontarkan keluar secara singkat
dengan percepatan tetap hingga ketinggian tertentu untuk membuka payung/parasut
sehingga mendarat dengan selamat. Namun, gerak dengan percepatan tinggi dan
secara tiba-tiba dapat mengakibatkan perpindahan tulang spinal, kerusakan
tulang belakang dan gangguan jantung.
Kursi lontar modern mempunyai motor dengan waktu pelontaran
yang lebih lama dan percepatan rendah sehingga efek negatif yang terjadi pada
tubuh pilot dapat diperkecil. Pengaktifan kursi lontar ini menggunakan motor
roket yang disebabkan oleh adanya gaya aksi dan gaya reaksi, seperti yang di
jelaskan pada hukum III newton. Gaya reaksi udara terhadap gas yang di
lontarkan oleh motor roket dengan kecepatan tinggi , mempercepat gerak kursi
dalam arah yang berlawanan. Jadi, pilot dapat meraih ketinggian yang di
perlukan untuk membuka payung parasutnya dan juga ia dapat selamat dari cedera
yang ditimbulkan oleh gerak degan percepatan yang tinggi dan secara tiba-tiba.
Share ke :
0 comments:
Posting Komentar